Selasa, 30 Oktober 2012

Persiapan dan Pengalaman Pertama Ke Luar Negeri

Seperti halnya anak kecil yang kegirangan dibelikan mainan oleh orang tuanya, begitu pula saya yang sangat menantikan perjalanan pertama kali ke luar negeri. Saya tahu umur dah ga muda lagi, udah bukan ABG lagi dan udah ga seharusnya bertingkah seperti bocah, tapi apa boleh buat  saya sangat menantikan pengalaman pertama ini. Seperti pengantin baru yang berdebar dan tergesa-gesa untuk memulainya, begitulah perasaan yang dialami saat itu, Perasaan menggebu dan hasrat memuncak. Aiyahhh Labay bener dah..

Akhirnya hari yang ditunggu itu tiba juga, Jumat, tanggal 13 Juni 2012 saya akan memulai perjalanan pertama ke suatu negara yang hanya pernah di denger dari cerita teman atau hanya melihat dari TV saja. Negara yang mereka bilang terkenal dengan “Lady Boy” nya, kuil tempat ibadah dan juga wisata pantainya. Ya,,,Saya akan ke Thailand, tepatnya ke Phuket.  Banyak temen yang ngeledek dan menggoda, mereka berkata: “Ehhh, Lu disana Jangan ganti kelamin ya!!”  Damp!!  “Buseng dah..masa iya gw ganti kelamin, sayang amat nih si otong, dipelihara dan digedein dari kecil masa harus di potong” wkwkwkwk. Ada juga yang berkata “ Kalo “main” disana hati-hati yak!! Banci nya lebih cakep dari cewe sebenernya, susah ngebedainnya.”. yayayyaya..mungkin temen yang berkata demikian itu sudah pernah ketipu dan terjebak oleh pesona wanita jejadian tersebut. hahahahaah

Tibalah saatnya saya minta ijin pulang lebih awal dari kantor, karena penerbangan dari Jakarta ke Phuket oleh salah satu masakapai penerbangan Malaysia ini berangkat dari Jam 16:30 WIB dan diperkiraakan sampai pada Jam 19:20 WIB. Ga mungkin dong tunggu pulang kerja dulu baru kesana, sudah pasti bakal keteinggalan pesawat nantinya. Dengan muka memelas dan agak - agak minta dikasihani akhirnya saya menghadap ke atasan untuk memperoleh izin pulang lebih awal. Yeay...ternyata jurus ini berhasil walaupun ujung - ujungnya kaga enakkk.. Si boz minta di bawain oleh - oleh. Ya..tapi gapapalah yang penting dah dapat izin pulang, urusan oleh - oleh NO.2, kalo inget syukur kalo lupa ya maaf..wkwkwkk
Istirahat makan siang, saya langsung cabut ke kost – an. Mandi dan beres-beres serta memastikan semua perlengkapan yang dibutuhkan sudah tersusun dengan rapi. Saatnya jalan menuju terminal Tg. Priok. Dari kost-an saya ke terminal Tg. Priok sekali naik KWK. Jarak kost –an dengan terminal tg priok sebenarnya tidak terlalu jauh, tapi karena angkot nya muter – muter kaya orang Jawa kalo ngomong (Maaf ga ada maksud untuk menyindir ), tiba lah di terminal Jam 13.30 WIB. Setibanya di terminal, saya langsung masuk ke Damri cari tempat duduk. Karena belum sempat makan siang dikantor, maka saya sempatkan makan siang di warung Padang yang lokasinya persis di dekat ngetem DAMRI Priok, yang makan nasi telor plus teh manis hangat harganya Rp 12.000,-. Harga yang sangat berlebihan untuk ukuran dan rasa seperti itu..oh iya saya nasinya Cuma setengah.Gila..kayanya saya bener - bener di palak sama tukang warung..Cukup tau aja deh..besok - besok ga bakal makan lagi disana, saya bakal bawa rantang dari rumah.wkkwk

15 menit berlalu, si Damri blom juga jalan..perasaan semakin dag dig dug kaga jelas..(dalam hati mampus nih, bisa-bisa ketinggalan pesawat !!). Kecemasan semakin bertambah karena sadar tiket penerbangan temen – temen lainnya ada di saya begitu pula dengan semua mata uang asing yang mereka tukarkan. Ga kebayang kalo beneran telat sampe bandara dan ketinggal pesawat, saya pasti akan di mutilasi sama temen – temen tersebut. Sudah jam 14.00WIB saya masih diterminal Priok, sedangkan teman - teman sudah dari tadi sampai di bandara dan sudah berkali - kali mereka nanyain lokasi saya di mana. Ga enak terlambat kelamaan, saya bilang aja sudah di tol dan menuju bandara. Ga ketinggalan juga saya bilang Maaf ya toll nya macet nih, kemungkinan datangnya bakal telat dikit. wkwkwkkwkwk.

Senin, 29 Oktober 2012

Susahnya Menjadi Perawan Ehh Penulis!!

Jadi penulis itu ternyata susah, ga segampang apa yang diperkirakan. Apa yang ada dikepala terkadang tidak sama dengan apa yang di tulis. Butuh proses untuk menghasilkan sebuah tulisan yang layak untuk dinikmati banyak orang. Itu yang saya alami saat ini, berpikir keras untuk sebuah ide cerita yang dapat menggugah minat baca banyak orang. Tapi apa dikata, hampir tiga jam di depan labtop, komat - kamit kaya baca mantra, mata merem melek dan lidah melet - melet tetep saja ide itu ga keluar. Sudah hampir empat jam saya di depan labtop, tapi hasilnya masih sama saja, belum terpikir sedikitpun apa yang mau di tulis. Yang ada saya hanya menghabiskan waktu untuk buka jejaring sosial dan chating dengan beberapa teman lama.

Terkadang saya iri ngeliat Andrea Hirata, Moamar Emka, Trinity Traveller, Claudia Kaunang dan penulis lainnya yang keliatannya begitu gamplang menelurkan tulisan - tulisan indah, menarik dan mempunyai daya magnet tinggi untuk mempengaruhi orang lain melakukan apa yang mereka tulis dan sebarkan di blog - blog mereka. Setiap tulisan mereka seperti virus yang dengan gampangnya menyebar, menjangkiti serta melumpuhkan akal sehat setiap pembacanya. Laskar Pelangi, Dear Love, TNT Series dan buku panduan berpetualang keluar negeri bak kacang goreng di pasar yang penjualannya laku keras. Hebat ya mereka, hanya dengan menulis dapat menafkahi hidup mereka bahkan lebih dari itu. 

Lihat deh Trinity Traveller, yang dulu nya mba - mba kantoran sekarang bisa keliling dunia tanpa dibatasi oleh waktu dan uang. Apalagi sekarang mba yang satu ini keliling dunia selama satu tahun, ga kebayang kan berapa uang yang dihabiskan dan berapa waktu yang dibutuhkan. Tapi itu lah enaknya jadi penulis seperti Mba Trinity dan Mba Claudia Kaunang, dia yang jalan-jalan malah dia yang dibayar. Semoga suatu saat nanti saya juga mempunyai kesempatan yang sama dengan Mba - Mba yang perkasa ini. Amin..

Tapi dibalik kesuksesan mereka sekarang ini, saya yakin memperolehnya tidak semudah membalikkan telapak tangan, pasti ada perjuangan yang besar didalamnya. Kerja keras, semangat membara dan pantang menyerah adalah hal wajib yang harus dimiliki oleh seorang penulis. Beda banget dengan saya, belum apa - apa sudah menyerah duluan. Kayanya lebik asik buka jejaring sosial daripada mikir keras untuk sebuah tulisan. Semoga hal ini tidak berlarut panjang, bagaimana pun saya masih bersemangat untuk menelurkan sebuah tulisan yang layak dan dapat diterima banyak orang. Doakan saya ya..Amin..!!



Sabtu, 28 Juli 2012

Mitos Beringin Kembar di Alun-alun Kidul, Yogyakarta

Di alun-alun kidul Yogya, ada dua buah beringin kembar. Mitos pun berkembang dari kedua beringin ini, yaitu jika berhasil melewati kedua celah, konon semua permintaan akan terkabul.

Menurut cerita masyarakat setempat, dulu pada masa kerajaan Sultan Hamengkubuwono I ada seorang putri yang cantik rupawan. Kecantikannya begitu terkenal, banyak pemuda yang jatuh hati dan ingin melamarnya. Namun tidak mudah untuk menaklukkan hati sang putri, ada syarat yang harus dipenuhi, yaitu pemuda yang melamarnya harus dapat melewati celah pohon beringin kembar dengan mata tertutup.

Konon, menurut Sultan orang yang dapat melewati celah beringin tersebut adalah seseorang yang mempunyai hati bersih dan tulus. Banyak yang mencoba, tetapi tidak ada yang berhasil, kecuali anak Prabu Siliwangi yang akhirnya menjadi suami sang putri. Selain itu, tempat ini pernah dijadikan sebagai pertahanan gaib untuk mengecoh pasukan Belanda yang ingin menyerang keraton agar mereka kehilangan arah.

Pertahanan gaib dan mitos terkabulnya permintaan jika melewati celah beringin ini membuat alun-alun semakin ramai dikunjungi. Pengunjung yang datang tidak hanya berasal dari Yogya saja, tetapi juga dari luar daerah.

Penasaran dengan kabar mitos tersebut,kami pun mencoba melewati kedua celah beringin besar itu. Permainan melewati celah beringin ini dinamakan "Masangin" oleh masyarakat sekitar. Kami melakukannya di malam hari, pukul 00.00-02.00 WIB. Anehnya, kami selalu gagal melewatinya meskipun sudah mencoba berkali-kali.

Ternyata, untuk melewati beringin ini tidak semudah yang dibayangkan. Berjalan belok menjauhi beringin, berputar arah bahkan menabrak beton yang memugari beringin merupakan hal yang biasa terjadi. Meskipun gagal melakukannya, permainan ini sungguh seru, asik dan menegangkan. Bagi teman yang belum pernah mencobanya, silakan datang dan buktikan sendiri.

Bromo dan Suku Tengger

Bagi Suku Tengger, Gunung Bromo dipercaya sebagai gunung suci. Setahun sekali masyarakat Tengger mengadakan Upacara Kasodo yang bertempat di sebuah pura di bawah kaki Gunung Bromo. Menurut salah satu Suku Tenger, upacara tersebut biasanya dilakukan pada saat bulan purnama dengan membawa berbagai sesaji yang dilemparkan ke dalam kawah Gunung Bromo. Upacara ini dilakukan untuk memperoleh keselamatan dan berkah dari Yang Maha Kuasa. Sayang sekali, perjalanan kami kali ini tidak bertepatan dengan Upacara Kosodo. Meski begitu, masih banyak dari Gunung Bromo dan Suku Tengger yang dapat diexplore lebih jauh.

Untuk menikmati keindahan Gunung Bromo saat matahari terbit, pendaki harus mengeluarkan uang sekitar Rp 350.000 untuk sewa Jeep. Di tempat ini, Jeep merupakan transportasi utama menuju penanjakan Bromo. Dari penanjakan, pendaki masih harus berjalan kaki selama 20 menit untuk mendapatkan lokasi yang paling baik melihat keindahan Bromo.
Alternatif lain adalah naik kuda dengan biaya sewa Rp 20.000. Begitu tiba, jangan kaget jika tempat ini sudah dipenuhi oleh banyak pendaki. Biasanya, para pendaki yang datang adalah mereka yang memiliki hobby fotografi. Mereka sudah siap dengan tripot terpasang untuk hunting foto terbaik. Sekadar tips untuk pendaki, jika ada Suku Tengger yang mengajak foto bersama, berhati-hatilah karena mereka umumnya minta bayaran.
Awalnya saya berpikir Gunung Bromo adalah gunung dengan bentuk batok kelapa yang ditumbuhi bermacam pepohonan kecil, dan illalang dengan tinggi kira-kira 200 meter dari permukaan pasir. Namun saya salah besar, karena gunung tersebut oleh Suku Tengger disebut Gunung Batok.
Gunung Bromo sendiri berada tepat disebelah Gunung Batok, gunung tandus dengan hamparan pasir tanpa adanya pepohonan dan ilalang. Untuk menuju Gunung Bromo dapat dilakukan dengan jalan kaki atau naik kuda. Sewa kuda di tempat ini Rp 100.000 untuk pulang pergi, harga ini bisa berubah tergantung negosiasi.
Jika mendaki dengan kuda, Anda hanya diantar sampai dibawah tangga menuju kawah gunung. Ada cerita unik dari tangga Bromo tersebut, dimana jika pendaki menghitung jumlah anak tangga pada saat naik dan turun jumlahnya tidak pernah sama. Percaya atau tidak silakan coba sendiri.
Jika naik motor, Anda hanya akan menghabiskan waktu sekitar 15 menit dari Gunung Bromo. Berbeda dengan Gunung Bromo yang penuh dengan pasir, tempat ini ditumbuhi illalang dan pepohonan kecil berwarna hijau. Tempat ini dinamakan savana.
Pendakian Gunung Bromo sangat mangasikkan, bagi Anda yang belum pernah ketempat ini wajib untuk di coba.